Selasa, 15 Oktober 2013

Kemenangan Timnas U-19 Awal Kebangkitan Olah Raga Indonesia

0 komentar

by : oeshie

Menpora mengaku bersyukur atas keberhasilan ini.

Euforia kemenangan Timnas Indonesia U-19 (VIVAbola/Anhar Rizki Affandi)
VIVAnews - Tim Nasional U-19 berhasil menekuk Korea Selatan dalam kualifikasi Grup G Piala Asia pada pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu malam, 12 Oktober 2013. Menteri Pemuda dan Olah Raga, Roy Suryo, mengaku bersyukur atas keberhasilan ini.

"Alhamdulillah, Timnas U-19 Indonesia menang 3-2 atas juara bertahan Korea Selatan dan menjadi juara Grup G," kata Roy.

Dia berharap agar kemenangan ini jadi awal kebangkitan olah raga Indonesia. "Kami doakan saja semoga ini menjadi kebangkitan olah raga Indonesia," kata dia.

Timnas asuhan Indra Sjafri, berhasil mengalahkan Korea Selatan dengan skor akhir 3-2. Tentu saja, Indonesia berhasil mendapatkan tiket putaran final Piala Asia U-19 di Myanmar yang akan berlangsung pada tahun depan.

Dalam pertandingan ini, hanya ada satu pemain yang menyumbang tiga gol, yaitu sang kapten, Evan Dimas Darmono. Evan berhasil mencetak gol pada menit ke-30, 48, dan 84. Hattrick-nya membuat Garuda Jaya tidak bisa terkejar oleh sang juara bertahan dan pemegang 12 gelar Piala Asia.

Para pemain Negeri Gingseng ini sempat membobol gawang Indonesia pada menit ke-31 lewat penalti Seol Taesu dan menit ke-72 oleh Suh Myeongwon.

Sayangnya, pertandingan ini sempat terhenti pada menit ke-43 karena hujan lebat. Wasit Mohammad Amirul Izwan Bin Yaacob meminta pemain untuk meninggalkan lapangan yang tergenang air. Setelah 25 menit terhenti, pertandingan berlanjut kembali. (art)
Continue reading →

Konflik sosial di Indonesia dipicu ketidakadilan

0 komentar

Ketidaktegasan aparat juga memicu konflik sosial.
JAKARTA (WIN): Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, 10 dari 15 konflik sosial yang pernah melanda rakyat Indonesia sejak merdeka dipicu merebaknya ketidakadilan yang terjadi di Tanah Air. Konflik sosial bisa terjadi karena berbagai macam seperti ketidakadilan ekonomi, politik dan agama.
“Saya menghitung ada 15 kali terjadi konflik sosial yang besar sejak Indonesia merdeka, 10 dari konflik itu karena ketidakadilan,” kata Jusuf Kalla saat berbagi pengalaman dalam menyelesaikan konflik seperti di Aceh dan Poso pada Konferensi Nasional Kearifan Lokal di Jakarta, Kamis (29/8/13).
Pada acara yang dibuka Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri tersebut, pria yang akrab disapa JK itu mencontohkan konflik sosial yang melanda masyarakat Aceh, Poso dan Ambon bukan berakar pada masalah agama. “Penyebabnya ketidakadilan. Karena itu, untuk penyelesainnya ya pemerintah harus adil.”
Selain itu, konflik yang terjadi tidak selalu bisa diselesaikan dengan kearifan lokal, tergantung apa sebabnya. Misalnya konflik di Kalimantan yang terpicu masalah sosiologi orang atau di Poso. “Itu tidak bisa diselesaikan dengan adat.”
Masalah agama, menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia itu, adalah konflik yang paling susah dihentikan, karena tidak ada yang netral. Semua berpihak, sehingga susah selesai. Maka, penyelesaiannya secara sederhana yaitu lewat agama juga.
Saat ini konflik lebih cepat terjadi karena faktor kemajuan teknologi. Contohnya konflik akibat menyebarkan pesan singkat (SMS), sehingga dua daerah saling menyerang. “Jadi teknologi juga mempercepat konflik, karena itu untuk menangkalnya tidak bisa rapat adat dulu. Masak sudah habis orang meninggal baru ditangkal.”
Konflik sosial juga terjadi karena ketidaktegasan, seperti akibat pilkada yang mengakibatkan kantor bupati dibakar, tetapi pelakunya tidak ditangkap. Ketidaktegasan itu menjadi preseden buruk, karena orang bisa beranggapan melakukan tindakan yang merusak tidak ditindak tegas, sehingga semakin mudah terjadi konflik.
“Karenanya, kearifan lokal penting untuk menjaga harmoni supaya tidak terjadi konflik. Kalau sudah terjadi konflik, maka penyelesaiannya tergantung sebabnya. Jika dipicu masalah ekonomi, selesaikan dengan cara ekonomi, kalau politik dengan politik,” kata JK.(win10)

Continue reading →